Jumat, 29 Juni 2012

Kata-Kata Bijak Ulama


1. “Pada zaman sekarang ini kita mendapati ada orang yang meragukan keharaman khamr, atau riba, atau tentang bolehnya thalaq & berpoligami dengan syarat-syaratnya. Ada yang meragukan keabsahan sunnah Rasulullah SAW, sebagai sumber hukum. Bahkan ada yang mengajak kita untuk membuang seluruh ilmu-ilmu Al-Qur’an (ulumul Qura’an) & seluruh warisan-warisan ilmu pengetahuan Al-Qur’an ke tong sampah, untuk kemudian membaca Al-Qur’an dari nol dengan bacaan kontemporer, tanpa terikatoleh suatu ikatan apapun, tidak berpegang pada ilmu pengetahuan sebelumnya, juga tidak dengan ka’idah & aturan yang ditetapkan ulama’-ulama’ umat islam semenjak berabad-abad silam { Dr.Yusuf Qaradhowi}.

2. Ar-Rabi’ bin khutsaim bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian, apa itu penyakit?” Mereka menjawab, “Tidak”. “Penyakit adalah dosa, dan obatnya adalah istighfar, dan indikasi kesembuhannya adalah bertaubat dan tidak mengulanginya lagi” papar Ar-Rabi’.( Dr. A’idh Al-Qarni/ Menakjubkan )#
3. Seorang salaf berkata “Kami lebih bahagia, dan lebih baik daripada orang-orang kaya. Kami dapat melihat harta mereka sebagaimana mereka melihat, dan kami dapat makan sebagaimana mereka makan. Namun kami tidak dihisab dengan harta tersebut, sedangkan mereka dihisab”. #

3. Hatim Ath-Tha’I pernah dicerca oleh orang-orang, namun dia tidak membalas makian tersebut. Malah melantunkan sya’ir:
واعرض عن شتم الكريم إدخاره
واصفح عن شتم اللئيم تكرما
Berpalinglah dari orang mulia yang mencerca, untuk menghinakannya.
Maafkanlah orang yang mencela, sebagai bentuk kemurahan.(#)
“Jika seseorang mempunyai pemikiran. Dia dapat mengambil pelajaran dari segala sesuatu.” ( Sufyan bin ‘Uyainah )*
“Jadikanlah diam sebagai sarana yang membantu kalian untuk berbicara, dan mengambil kesimpulan sebagai sarana yang membantu kalian untuk berpikir.”( Imam Syafi’I )*

4“Sesungguhnya eksistensi manusia terletak pada hatinya; apabila hatinya baik, akan menjadi baiklah ia; dan apabila hatinya menyimpang dari fitrah kebaikannya, ia pun akan rusak.” ( Muhammad bin Shalih Al-Munajjid/Silsilah Amalan Hati)*

5. “Mahabbah (cinta) adalah kehidupan. Barang siapa yang tidak memiliki rasa mahabbah, maka dia termasuk golongan orang-orang yang mati.” (*-hal : 85)
“Dengan berbekal cinta, orang-orang yang mengadakan perjalanan dapat mengangkut beban-beban berat sampai ke berbagai negri yang tidak dapat mereka jangkau, kecuali dengan susah payah.” (*-hal : 86)

6. “Tinggalkanlah semua dosa, yang besar maupun yang kecilnya, seperti yang dilakukan oleh orang yang bertaqwa. Jadikanlah dirimu bagaikan orang yang berjalan di tanah yang berduri, dia akan mewaspadai apa yang di lihatnya. Janganlah sekali-kali kamu meremehkan dosa kecil, karena sesungguhnya gunung pun berasal dari tumpukan kerikil.” (Ibnul Mu’taz/ * hal : 198)

Burung, Hikmah bagi Orang yang Berfikir


Jika kita perhatikan alam ciptaan Illahi ini, berbagai-bagai pengajaran dapat diteladani dari kejadian alam. Antara makhluk ciptaan Allah yang kita dapat perhatikan adalah burung.
Burung jika diperhatikan dari kawasan yang bermusim dingin akan sentiasa berhijrah ke kawasan yang lebih panas. Memang sudah menjadi lumrah alam penghijrahan tersebut dilakukan secara berkumpulan. Dan dalam setiap perkumpulan tersebut pasti ada seorang ketua yang sentiasa berada di hadapan. Selain memiliki ketua, sekumpulan burung ini turut berhijrah mengikut formasi tertentu iaitu formasi berbentuk V. Secara saintifiknya formasi ini menghasilkan satu bentuk aero-dinamik yang membahagikan rintangan angin kepada setiap ahli burung yang sekaligus memudahkan penghijrahan jika dibandingkan dengan penghijrahan berseorangan. Maka untuk membentuk formasi tersebut amatlah penting akan wujudnya komponen perpaduan dan kerjasama di kalangan burung tersebut. Subhanallah, bertapa tingginya hikmah penciptaan burung itu.

Marilah kita melihat realiti hari ini. Keadaan umat Islam hari ini jelas sekali terumbang-ambing. Kita seolah-olah menjadi ‘pak turut’ terhadap segala apa ideologi yang dilaungkan oleh musuh-musuh kita. Sehinggakan isu-isu besar yang menyentuh soal agama sekalipun tidak diendahkan. Tiada lagi sensitiviti terhadap isu yang menimpa saudara-saudara sendiri sepertimana yang menimpa tanah Palestina. Tiada lagi kesepaduan di kalangan kita sepertimana yang ditonjolkan oleh sekumpulan burung tadi. Masing-masing mahu hidup ‘nafsi-nafsi, lu punya suka, gua punya suka’. Masing-masing tak mengendahkan apa yang menimpa orang lain asalkan hidup sendiri bahagia.
Menyingkap kembali zaman kegemilangan Islam di kala dahulu, seluruh umat Islam di seluruh dunia disatukan di bawah satu pemerintahan dan ketaatan setiap rakyat ditujukan kepada satu khalifah. Kesepaduan di saat itu amatlah jelas kukuh dan semua umat Islam bagaikan anggota-anggota badan manusia. Jika tangan terluka seluruh tubuh merasai kesakitannya. Jika kaki dijangkiti kuman seluruh tubuh berkerjasama untuk menyembuhkannya. Alangkah indahnya saudara-saudara sekalian. Sifat seperti inilah yang difirmankan oleh Allah dalam kalam-Nya; Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya…(33:4). Dalam satu badan manusia hanya ada satu hati dan dalam satu umat juga hanya ada satu hati.

Ayuh semua. Di sini diri ini menyeru kepada diri sendiri dan kalian semua untuk bersama-sama kita membina kekuatan ukhuwwah di antara kita. Ukhuwwah yang didasarkan atas aqidah hanya kepada Allah Taala semata-mata. Sedarlah bahawa perselisihanlah yang menyebabkan kita berpecah-belah. Ingatlah perintah Allah dalam surah al-Hujuraat ayat 10: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. InsyaAllah Islam pastikan tertegak kelak.

Anugerah Terindah Milik Kita


Ringkih dan renta karena ditelan usia, namun tampak tegar dan bahagia. Ikhlas, memancarkan selaksa cinta penuh makna yang membias dari guratan keriput di wajah. Tiada yang berubah sejak saat dalam buaian, hingga sekarang mahkota putih tampak anggun menghiasinya. Dekapannya pun tak berubah, luruh memberikan kenyamanan dan kehangatan.

Jemari itu memang tak lagi lentik, namun selalu fasih menyulam kata pinta, membaluri sekujur tubuh dengan do'a-do'a. Kaki tampak payah, tak mampu menopang tubuhnya. Telapak tempat surga itu pun penuh bekas darah bernanah, simbol perjuangan menapak sulitnya kehidupan.

Ibunda...
Adakah saat ini kita terenyuh mengenangkannya? Ia adalah sebuah anugerah terindah yang dimiliki setiap manusia. Sejak dalam rahim, betapa cinta itu tak putus-putusnya mengalirkan kasih yang tak bertepi. Hingga kerelaan, keikhlasan dan kesabaran selama 9 bulan pun bagai menuai pahala seorang prajurit yang sedang berpuasa, namun tetap berperang di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Polesannya adalah warna dasar pada diri kita. Menggores sebuah kanvas putih nan suci, hingga tercipta lukisan Yahudi, Musyrik atau Nasrani. Namun, goresan yang diselimuti untaian ayat suci Al Qur'an, zikir, tasbih serta tahmid, tentu akan melahirkan syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam) pada jiwa. Ibunda pun berharap tercipta jundullah (tentara Allah) dari sebuah madrasah keluarga.

Selaksa cinta ibunda yang dibaluri tsaqofah Islamiyah (wawasan keislaman) telah menyemai banyak pahlawan Islam. Teladan Asma' binti Abu Bakar Ash-Shidiq melahirkan pahlawan Abdullah bin Zubair, yang dengan cintanya masih berdoa agar dirinya tidak mati sebelum mengurus jenazah anaknya yang disalib Hajaj bin Yusuf, antek Bani Umaiyah. Polesan warna seorang ibunda, Al Khansa, melahirkan putra-putra kebanggaan Islam yang berani dan luhur akhlaqnya, hingga satu persatu syahid pada perang Qodisyiah. Di sela kesedihannya, ibunda masih berucap, "Alhamdulillah... Allah telah mengutamakan dan memberikan karunia padaku dengan kematian anak-anakku sebagai syuhada. Aku berharap semoga Allah mengumpulkan aku dengan mereka dalam rahmat-Nya kelak."

Banyak... sungguh teramat banyak cinta ibunda yang melahirkan kisah-kisah teladan. Yatim seorang anak pun tidaklah menghalangi ibunda untuk merangkai sejarah dengan tinta emas, terbukti dengan mekar harumnya para mujtahid Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal serta Imam Bukhari. Didikan ibunda mereka telah mampu mendidiknya hingga menjadi anak-anak yang gemar menuntut ilmu tanpa kenal lelah, bahkan mandiri dalam kemiskinan.

Kita mungkin dilahirkan dari rahim seorang perempuan biasa. Bahkan kita pun tidak dilahirkan untuk menjadi seorang pahlawan. Namun, ibunda kita dan mereka adalah sama, sebuah anugerah terindah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Saat dewasa, tapak kaki telah kuat menjejak tanah dan tangan pun terkepal ke angkasa, masihkah selalu ingat ibunda? Cita-cita telah tergenggam di tangan, popularitas, kemewahan hingga dunia pun telah takluk menyerah kalah, tunduk karena ketekunan, jerih payah serta kerja keras tiada hentinya. Haruskah sombong dan angkuh hingga kata-kata menyakitkan begitu gampang terlontar?

Duhai jiwa, sekiranya engkau sadar bahwa tanpa do'a ibunda, niscaya semua masih angan-angan belaka.
Astaghfirullah... ampuni diri ini ya Allah.

Duhai ibunda...
Maafkan jika mata ini pernah sinis memandang, dan lidah yang pernah terucap kata makian hingga membuat luka hatimu. Maafkanlah pula kalau kesibukan menghalangi untaian do'a terhatur untukmu. Ampuni diri ananda yang tak pernah bisa membahagiakanmu, ibunda.

Sungguh, jiwa dan jasad ini ingin terbang ke angkasa lalu luruh di pangkuan, mendekap tubuh sepuh, serta menangis di pangkuanmu. Hingga terhapuskan kerinduan dalam riak anak-anak sungai di ujung mata. Rengkuhlah ananda dengan belai kasih sayangmu bagai masa kecil dulu. Mengenangkan indahnya setiap detik dalam rahimmu dan hangatnya dekapanmu. Buailah dengan do'a-do'a hingga ananda pun lelap tertidur di sampingmu.

Duhai ibunda...
Keindahan dunia tak akan tergantikan dengan keindahan dirimu.
Sorak-sorai pesona dunia pun tak dapat menggantikan gemuruh haru detak jantung saat engkau memelukku.
Indah... semua begitu indah dalam alunan cintamu, menelisik lembut, membasahi lorong hati dan jiwa yang rindu kasih sayangmu.

Duhai ibunda...
Bukakanlah pintu ridhomu, hingga Allah pun meridhoiku.

Rabu, 27 Juni 2012

Aku Dimakamkan Hari Ini



Perlahan, tubuhku ditutup tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terdengar jelas langkah langkah terakhir mereka
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
sendiri, menunggu keputusan...

Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir, tak juga tinggal,
Apalah lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat,
rekan bisnis, atau orang-orang lain,
Aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.

Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka,
kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
tetapi aku tetap sendiri, disini,
menunggu perhitungan ...

Menyesal sudah tak mungkin,
Tobat tak lagi dianggap,
dan ma'af pun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri...

Tuhanku,
(entah dari mana kekuatan itu datang,
setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya),
jika kau beri aku satu lagi kesempatan,
jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu,
beberapa hari saja...

Aku harus berkeliling, memohon ma'af pada mereka,
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku.
yang selama ini telah aku sakiti hati nya
yang selama ini telah aku bohongi

Aku harus kembalikan, semua harta kotor ini,
yang kukumpulkan dengan wajah gembira,
yang kukuras dari sumber yang tak jelas,
yang kumakan, bahkan yang kutelan.
Aku harus tuntaskan janji janji palsu yg sering ku umbar dulu

Dan Tuhan,
beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta ,
teringat kata kata kasar dan keras yg menyakitkan hati mereka ,
maafkan aku ayah dan ibu ,
mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayang mu
beri juga aku waktu,
untuk berkumpul dengan istri dan anakku,
untuk sungguh sungguh beramal soleh ,
Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu,
bersama mereka ...

begitu sesal diri ini
karena hari hari telah berlalu tanpa makna
penuh kesia sia an
kesenangan yg pernah kuraih dulu, tak ada artinya
sama sekali mengapa ku sia sia saja ,
waktu hidup yg hanya sekali itu
andai ku bisa putar ulang waktu itu ...

Aku dimakamkan hari ini,
dan semua menjadi tak terma'afkan,
dan semua menjadi terlambat,
dan aku harus sendiri,
untuk waktu yang tak terbayangkan ...

Sepucuk surat dari seorang ayah


Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang laki-laki kepada seorang laki-laki; surat seorang ayah kepada seorang ayah. Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemuiNak,
menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya. Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan
Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh -penuh air mata dihadapan Tuhan. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku. Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.
Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit. Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggeng- gam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya.
Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti, Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa. Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya. Dari ayah yang senantiasa merindukanmu.

Ikhwan dan Akhwat dalam Fenomena Hijab (Pembatas)


Angin keterbukaan yang bertiup kencang di era reformasi menyebabkan medan dakwah menjadi sangat berbeda dengan dakwah di zaman Soeharto berkuasa. Ketika Soeharto sedang berada di zaman emasnya, scope dakwah sangat terbatas. Dakwah dilakukan door to door. Dakwah kepada masyarakat luas hanya moment-moment tertentu, dengan topik yang cukup umum. Para ulama tidak bisa menyentil atau secara tidak langsung mengkritisi pemerintah dalam ulasan ceramahnya, jika tidak ingin ’hilang malam’ segera setelah menyelesaikan isi pidatonya.
Dakwah hari ini cukup kontroversi dengan situasi di atas. Peluang yang terbuka lebar di sana-sini, memungkinkan aktivis dakwah untuk tampil tanpa ragu-ragu. Forum-forum yang mengusung panji Islam bermunculan, bacaan Islami menjamur, organisasi Islam berdiri sampai ke panggung politik nasional, bahkan seni Islam seperti lagu nasyid juga tidak ketinggalan. Singkatnya, dakwah tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi. Intensitas pertemuan Ikhwan-Akhwat pun tidak dapat dihindari. Namun apakah mereka turut mereformasi hijabnya seiring dengan tuntutan zaman? Mengadakan pertemuan tanpa hijab (tabir pembatas ruangan laki-laki dan perempuan), sering menelepon membahas agenda urgent untuk syuro (baca: rapat) selanjutnya, mengirim sms, miscall untuk mengingatkan jam syuro sudah dimulai, e-mail dan sarana telekomunikasi lainnya telah menjadi corak yang mewarnai pergaulan Ikhwan-Akhwat. Jika kelonggaran ini terus merambat maka dikhawatirkan aktifitas dakwah akan kehilangan keistimewaan yang mesti dimilikinya. Jika sudah demikian, lalu apa bedanya kita dengan yang lain?.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya hijab di kalangan aktivis dakwah:
Pertama, pemahaman. Walaupun telah dipenuhi atribut sebagai aktivis, masih banyak yang belum faham tentang hijab itu sendiri. Demikian juga norma-norma yang lain. Banyak di antara mereka yang ’tersandung’ terlebih dahulu baru kemudian benar-benar memahami urgensi hijab bagi perjalanan dakwah yang sedang diperjuangkan. Kendati pemahaman dapat diasah melalui bacaan, pengalaman memang lebih mengena ke sanubari orang yang mengalaminya.
Kedua, ukhuwah yang mandeg di tengah mereka. Ukhuwah sesama Akhwat yang renggang menyebabkan seorang Akhwat lebih suka curhat kepada seorang Ikhwan. Atau sebaliknya, karena sibuk menghandle beberapa kegiatan, akhirnya kurang arif melihat bahwa di antara sesama Ikhwan ada yang sedang mengalami masalah prbadi. Kadang-kadang kecenderungan yang terjadi lebih ke lawan jenis daripada kepada sesamanya. Fenomena inilah yang harus disikapi lebih awal. Ikatan hati antara Akhwat dengan sesama Akhwat, dan Ikhwan dengan sesama Ikhwan harus diperkuat.
Ketiga, kurang kontrol, baik dari murabbi atau dari dewan syuro lembaga dakwah kampus. Seringkali yang muncul adalah komentar-komentar tanpa solusi konkrit. Tidak jarang pula karena tidak ada rujukan yang benar-benar dapat dijadikan teladan. Hal ini cukup dilematis bagi aktivis yang berstatus junior yang ingin proaktif.
Ketika rambu-rambu pribadi kita agak redup, ada beberapa sikap yang semakin menjerumuskan kita dari penjagaan hijab ini. Boleh jadi tindakan ini telah sering kita lakukan, secara lambat laun membuat hijab kita semakin terkontaminasi. Di antara sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut :
1.Pandangan.
Pandangan merupakan langkah awal yang biasa digunakan syetan untuk merusak hati seorang laki-laki atau seorang perempuan terhadap lawan jenisnya. “Dari mata turun ke hati“ bukanlah sekedar pameo. Karena itu Rasulullah Saw melarang Ali bin Abi Thalib memandang seorang perempuan untuk kedua kalinya sebab ia merupakan anak panah syetan. Allah pun telah mengingatkan dalam Surah An Nuur : 30, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.“
2.Senyuman.
Senyuman memang merupakan sedekah yang paling mudah dan paling murah. Senyuman akan bermakna positif pada orang yang tepat, pada saat yang tepat dan dalam durasi waktu yang tepat pula. Namun maknanya akan terasa berbeda jika senyuman itu diberikan pada lawan jenis dengan tatapan mata yang penuh arti dan frekuensi yng cukup sering.
3.Ucapan.
Komunikasi memang sangat diperlukan antar sesama aktivis dakwah. Perlu digaris bawahi agar perkataan yang terlontar dalam pembicaraan agenda dakwah tidak menyinggung hal-hal personal apalagi bersifat sensitif. Ucapan akan mengundang makna implisit jika diekspresikan dengan penuh perasaan. Ucapan kita akan terpengaruh jika dibawa bercanda, menghibur atau bersimpati pada lawan jenis. Karena bahaya lidah tak bertulang inilah maka Rasulullah Saw menyebutkan dalam salah satu haditsnya agar kita senantiasa berbicara yang baik atau lebih baik diam.
4.Kunjungan.
Salah satu cara mempererat silaturahim adalah dengan mengunjungi saudara. Dengan demikian ukhuwah akan semakin kuat dan harmonis. Namun kunjungan antara pria dan wanita dapat berdampak lain. Terkadang kunjungan dibuat dengan cover meminjam catatan, diskusi tentang tugas akhir semester, follow up syuro yang tidak sempat dibahas di kampus, konsultasi keislaman dan banyak topeng lainnya. Perlahan-lahan kunjungan formal ini menjadi kunjungan yang lebih bersifat prifacy.
5.Hadiah.
“Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai“, sabda Rasulullah Saw. Trik ini sangat bagus digunakan untuk menambah kehangatan persahabatan antar sesama Akhwat atau sesama Ikhwan seperti dalam acara tukar kado atau Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT). Tidak sedikit pula kita menyalah artikan pemberian ketika hadiah itu berasal dari lawan janis. Kemudian timbul perasaan ge-er yang membuka pintu-pintu rusaknya hati, karena tipisnya tameng untuk itu.
Sadar atau tidak, tindakan di atas adalah rangkaian pintu masuk syetan yang merupakan bagian dari langkah-langkah syetan untuk menjauhkan kita dari ridho Allah Swt. Kita harus senantiasa mawas diri bahwa dari setiap aliran darah ini musuh kita laknatullah tersebut akan selalu mengintai peluang untuk melengahkan kita. Terlepas kepada siapa kita melakukannya, orang yang faham atau orang yang awam. Seperti yang ditegaskan Allah dalam al-Quran Surah al-Baqarah: 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara menyeluruh. Janganlah kamu menuruti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.“
Untuk membentengi diri dari godaan ini, ada tiga penguasaan yang harus kita miliki.
Pertama, penguasaan ilmu. Keimanan perlu ditopang dengan ilmu. Mengetahui ilmu tidak cukup hanya sekedar mengenal sebab, yang lebih penting adalah memahaminya. Sesungguhnya dengan mengunakan jilbab syar’i seorang Akhwat telah membuat perisai untuk dirinya yang menunjukkan izzah seorang Muslimah. Dari penampilan fisik saja sebenarnya kita telah menghijabi diri dari kemungkinan berbuat di luar jalur. Masih banyak ilmu-ilmu lainnya yang harus digali untuk semakin meningkatkan kualitas diri seorang Muslim. Ilmu bisa datang dari mana saja, siapa saja dan kapan saja, selagi kita menguatkan azzam dan meluruskan niat bahwa kita menuntut ilmu dalam rangka beribadah kepada Allah Swt, “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat“ (Q.S. Al Mujadalah : 11).
Kedua, penguasan ma’nawi. Seorang yang faham dengan sesuatu belum tentu komit dengan pengetahuannya. Dia harus berlatih mengendalikan hawa nafsunya di bawah kendali iman. Begitu juga halnya dengan pemahaman seorang aktivis harokah, bisa saja luntur ketika keimanannya memudar. Pengetahuannya tentang etika pergaulan pria dan wanita menjadi redup, seredup cahaya imannya. Salah satu obatnya adalah dengan membasahi rohaninya yang kering dengan istighfar dan dzikrullah. Harus selalu dicamkan dalam hati bahwa kita menjaga diri ini tidak mengenal lingkungan di mana kita berada. Sejatinya, kemanapun kita melangkah, seiring dengan bertambahnya ilmu, orang ammah (umum) dapat melihat niai-nilai Islami tersebut terpancar dari tingkah polah kita. Normal jika tidak sedikit yang berbuat khilaf di tengah usahanya memperbaiki diri. Kewajiban kita adalah selalu berusaha untuk menjadi lebih baik.
Ketiga, penguasaan aplikasi. Penguasan ilmu dan stabilitas ma’nawiyah belum cukup sempurna jika respon-respon gerak belum tumbuh. Seorang aktivis yang menguasai ilmu akan memberikan reaksi yang tepat terhadap aksi-aksi yang muncul di sekitarnya serta mampu memberikan input bagi lingkungannya. Ia tidak reaksioner terhadap aksi-aksi negatif serta lebih bijaksana menyikapi suatu tantangan dari berbagai sudut pandang. Pola pikir yang broad-mainded ini akan kelihatan manfaatnya ketika ia mengambil keputusan dalam pergaulan sesama. Ia tidak akan cepat ge-er dan tidak akan membuat ge-er orang lain. Wibawanya sebagai seorang Muslim tetap terjaga.
Jadi seorang aktivis dakwah yang telah mempunyai penguasaan materi keilmuan (kognitif), kestabilan ma’nawi (afektif) dan penguasaan gerak amal (evaluatif) akan terjaga komitmennya terhadap tarikan-tarikan buruk. Seyogyanya, dengan pemahaman ini, eksistensi hijab tidak mengurangi kinerja aktivis dalam gerak organisasinya. Program-program dakwah dapat direalisasikan jika Ikhwan-Akhwat saling bersinergi, yang ditunjang dengan ukhuwah yang kental. Sangat diharapkan, lembaga dakwah kampus mampu mengenjot potensi kader-kadernya terutama yang berada di posisi kunci. Sehingga dapat menyelesaikan kerja-kerja dakwah dengan optimal yang hasilnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat, bukan hanya komunitas Ikhwan-Akhwat atau civitas akademika saja. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui tetapi lebih mengingatkan kita semuanya. Karena tentunya kita tidak ingin menjadi manusia yang merugi. Allah telah berfirman dalam al-Quran Surat al’Ashr: 1-3, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan saling nasehat-menasehati dalam kesabaran“. Wallahu’alam.

UNTUK KITA RENUNGKAN


Alangkah baiknya jikalau kita mampu mengambil aneka hikmah dari makhluk apapun yang Allah SWTciptakan di muka bumi ini. Cacing, misalnya, adalah salah satu makhluk Allah yang selama ini kita anggap lemah, hina, dan menjijikan. Akan tetapi, sekiranya kita lebih bijak, maka kita pun akan dapat meluangkan waktu dan kepedulian kita untuk berpikir tentang peranan dan mamfaatnya bagi kita semua, yang mungkin selama ini amat terabaikan dari perhatian kita.

Saudaraku,

Hasil penyelidikan selama bertahun-tahun, ternyata cacing adalah makhluk yang luar biasa guna dan manfaatnya bagi manusia dan kemanusiaan. Apakah pekerjaan cacing? Ternyata cacing adalah makhluk yang paling rajin menggali dan melubangi tanah, sehingga tanah pun menjadi gembur, yang membuat akar-akar tanaman bisa menembus tanah dengan lebih mudah.

Dia pun menjalar mengorek-ngorek tanah sehingga terdapat rongga penyimpanan air di dalam tanah yang memadai. Dengan demikian, pohon-pohonan bisa tumbuh dengan suburnya dan tersedia simpanan air dalam jumlah yang cukup, sehingga tidak hanya dapat diserap oleh akar, juga dapat ditimba oleh manusia melalui sumur-sumur, untuk berbagai keperluan hidup.

Cacing pun memakan tanah, lalu dilumatkannya di dalam perutnya, sehingga ketika dikeluarkan kembali, tanah itu menjadi lunak, ringan, dan gembur. Tanah pun menjadi baik untuk ditanami daripada sebelumnya. Demikian pun, dedaunan yang jatuh ke tanah dan menjadi sampah pun diubah kemanfaatannya, dengan cara dia benamkan ke dalam tanah, lalu dihancurkannya, sehingga berubahlah sampah itu menjadi pupuk yang jelas-jelas sangat besar manfaatnya bagi kesuburan tanam-tanaman.

Dalam setengah hektar tanah itu kurang lebih terkandung 50.000 ekor cacing, yang mampu menggemburkan tanah seberat 10.000 ton setelah dikunyah oleh cacing tersebut. 'Prestasi' ini benar-benar tidak tertandingi oleh makhluk-makhluk lain ataupun peralatan pertanian buatan manusia. Setiap harinya cacing-cacing itu dengan tidak mengenal lelah membalikkan lapisan kulit bumi sehingga suasana di dalam tanah menjadi sangat baik. Dimakannya berbagai 'makanan' di dalam tanah, kemudian dikeluarkannya kembali dalam bentuk kapur, yang memang zat ini sangat dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan.




Saudaraku,

Lain lagi dengan seekor lalat. Makhluk yang sering kita jumpai di tempat-tempat kotor ini ternyata justru sangat menyukai kebersihan. Kalau kita amati serangga ini, ternyata mereka mempunyai kebiasaan membersihkan diri sampai ke bagian-bagian yang terkecil dari bagian tubuhnya sekalipun. Lalat seringkali hinggap di suatu tempat lalu membersihkan tangan dan kakinya secara terpisah. Setelah itu lalat membersihkan debu yang menempel pada sayap dan kepalanya dengan menggunakan tangan dan kakinya secara menyeluruh. Lalat itu terus saja melakukan yang demikian sampai yakin akan kebersihan dirinya. Semua lalat dan serangga yang lain pun membersihkan tubuh mereka dengan cara yang sama, dengan penuh perhatian dan ketelitian sampai ke hal-hal yang kecil sekalipun. Ini menunjukkan ada satu-satunya pencipta yang mengajarkan kepada mereka cara membersihkan diri mereka sendiri.

Ketika terbang, lalat mengepakkan sayapnya kurang lebih 500 kali setiap detik. Padahal tak satu pun mesin buatan manusia yang mampu memiliki kecepatan yang luar biasa ini. Kalaulah ada, mesin itu akan hancur dan terbakar akibat gaya gesek. Namun sayap, otot, ataupun persendian lalat ini tidak mengalami kerusakan sedikit pun. Bahkan ia dapat terbang ke arah manapun tanpa terpengaruh oleh arah dan kecepatan angin. Dengan teknologi yang paling canggih sekalipun, manusia masih belum mampu membuat mesin yang memiliki spesifikasi dan teknik terbang yang luar biasa sebagaimana lalat.

Saudaraku,

Begitulah, makhluk hidup yang cenderung diremehkan dan tidak terlalu mendapat perhatian manusia, ternyata dapat melakukan pekerjaan yang tidak mampu dilakukan manusia. Tidak diragukan lagi, tidaklah mungkin mengklaim bahwa seekor cacing atau lalat melakukan ini semua semata-mata karena kemampuan dan kecerdasan yang ia miliki. Semua karakteristik istimewa dari lalat atau cacing adalah kemampuan yang Allah berikan kepadanya.

Pantaslah ketika Imam Ali r.a. menjumpai seekor semut dalam sebuah perjalanan, ia berhenti sejenak lalu mengajak para sahabat yang lain untuk merenungi hikmah apa dari makhluk kecil mungil ini. "Lihatlah" ungkapnya, "Semut yang bentuknya kecil, badannya lembut, hampir tidak dapat dilihat mata dan ditangkap pikiran. Bagaimana ia merangkak di buminya, mencari makanannya, memindahkan biji-bijian ke dalam lubangnya kemudian menyimpan di tempatnya? Pada musim panas, ia mengumpulkannya sebagai persiapan untuk musim dingin. Allah yang maha perkasa memberinya rizki, baik di pegunungan maupun di batu-batu kering. Kalau anda memikirkan baik-baik, bagaimana saluran-saluran makanannya, mana ujung dan pangkalnya, kotoran-kotoran di perutnya, bagaimana pula di kepala yang kecil itu terdapat mata dan telinga, niscaya anda akan mendapatkan keajaiban dalam ciptaan itu, meskipun anda akan sulit untuk menerangkannya. Maka, sungguh Mahatinggi Allah SWT yang menciptakan dan menyusunnya atas prinsip-prinsip-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang mampu menyamai-Nya, tidak pula ada pembantu dalam penciptaan-Nya..."

Tafakur terhadap semut yang saat ini jumlahnya mencapai 8800 spesies, sebenarnya cukup membuat kita makin merasa hina di hadapan Allah yang Mahaagung. Semakin banyak hal kita ketahui tentang serangga, akan semakin kagum kita kepada kebesaran-Nya.

Saudara-saudaraku,

Sungguh jikalau kita renungkan dalam-dalam keanekaragaman yang luar biasa dari kehidupan di muka bumi ini, pastilah akan kita temui kesempurnaan dari makhluk-makhluk yang Allah ciptakan.*** MENAFAKURI RAYAP



Alangkah indahnya jikalau kita mampu mengambil aneka hikmah dari makhluk apapun yang Allah SWT ciptakan di muka bumi ini. Rayap, misalnya, adalah salah satu makhluk yang selama ini kita anggap lemah, hina, dan menjijikan. Akan tetapi, sekiranya kita lebih bijak, maka kita pun akan dapat meluangkan waktu dan kepedulian kita untuk berpikir tentang peranan dan manfaatnya bagi kita semua, yang mungkin selama ini sangat terabaikan dari perhatian kita.

Peran rayap tercatat dalam Alquran terekam saat meninggalnya Nabi Sulaeman a.s. Waktu itu, dengan karunia-Nya beliau meninggal tatkala berdiri memegang tongkatnya. Luar biasanya lagi, tidak ada satu makhlukpun yang mengetahui bahwa Nabi Sulaeman telah meninggal. Hingga suatu peristiwa menunjukkan kematiannya, yaitu ketika beliu jatuh tersungkur akibat tongkat yang menopangnya hancur dimakan rayap (QS. 34:14). Sebagai organime pemakan kayu (selulosa), itulah memang sebagian dari misi keberadaan rayap; makan kayu.

Bagaimana rayap mampu melumat kayu? Kayu merupakan produk dari tumbuhan. Tersusun dari unit-unit anhidroglukopiranosa yang bersambungan membentuk rantai molekul. Unit-unit itu terikat dengan ikatan glikosidik. Sebagai polimer, kayu melimpah keberadaanya di dunia, terdapat hampir 26,5 x 1010 ton. Manusia memanfaatkannya dalam berbagai bentuk penggunaan (kertas, kain, bahan bakar, dll) tetapi tak mampu menggunakannya sebagai sumber nutrisi (makanan). Sebaliknya rayap mampu mencerna selulosa sebagai sumber nutrisinya.

Manusia sendiri tidak mampu mencernakan selulosa--bagian berkayu dari sayuran yang kita makan, akan dikeluarkan lagi--, sedangkan rayap mampu melumatkan dan menyerapnya sehingga sebagian besar ekskremen hanya tinggal lignin-nya saja. Keadaan menjadi jelas setelah ditemukan berbagai protozoa flagellata dalam usus bagian belakang dari berbagai jenis rayap (terutama rayap tingkat rendah: Mastotermitidae, Kalotermitidae dan Rhinotermitidae), yang ternyata berperan sebagi simbion untuk melumatkan selulosa sehingga rayap mampu mencernakan dan menyerap selulosa. Bagi yang tidak memiliki protozoa seperti famili Termitidae, bukan protozoa yang berperan tetapi bakteria--dan bahkan pada beberapa jenis rayap seperti Macrotermes, Odontotermes dan Microtermes memerlukan bantuan jamur perombak kayu yang dipelihara di "kebun jamur" dalam sarangnya.

Makanan utamanya adalah kayu atau bahan yang terutama terdiri atas selulosa. Dari perilaku makan yang demikian, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa rayap termasuk golongan makhluk hidup perombak bahan mati yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan dalam ekosistem kita. Mereka merupakan konsumen primer dalam rantai makanan yang berperan dalam kelangsungan siklus beberapa unsur penting seperti karbon dan nitrogen.

Dari 2500 jenis rayap di dunia, 200 jenis di antaranya terdapat di Indonesia. Sembilan koma lima persen yang ada di Indonesia tadi justru sangat bersahabat dengan manusia. Sedangkan lima persen rayap lainnya menjadi pengganggu kehidupan manusia, yaitu jenis Cryptotermes curvidnathas, Schedorhinotermes Javanica, Macrotermes gilvus, Cryptotermes cynocepha, dan Microtermes inspiparis. Sikap bersahabat ini karena keberadaan rayap di suatu tempat dapat menjadi indikator kesuburan lahan di lokasi tersebut. Tiada lain karena rayap memang mampu menyuburkan lahan yang diringgalinya. Seekor rayap dapat diumpamakan sebuah bioreaktor yang mampu melumatkan sampah, kayu, kertas dan bahan lainnya, yang terdapat di dalam dan permukaan tanah.

Uniknya, rayap sebenarnya termasuk binatang purba karena sudah ada sejak 200 juta tahun silam, diduga lebih tua dari manusia. Dari waktu ke waktu jumlah rayap terus meningkat mengingat peningkatan jumlah rumah karena meningkatnya jumlah penduduk. Ditambah, hutan sebagai habitat asli rayap, juga mulai berkurang karena dibuka untuk lahan pertanian dan perumahan. Karena tidak ada ranting sebagai bahan makanan rayap, maka kusen pintu, jendela, sampai perabot rumahlah yang jadi sasaran.

Dari 4000 jenis kayu yang ada di Indonesia, hanya sekitar 10 persen saja yang tahan terhadap serangan rayap, diantaranya kayu ulin, merbau, sengon laut, dan kayu laut. Kayu-kayu tersebut memiliki zat ekstraktif yang bersifat racun bagi jamur dan rayap. Sebetulnya semua jenis kayu memiliki zat tersebut, namun zat itu bisa habis tercuci oleh bahan pelarut umum, seperti air hujan, metanol, air panas, air dingin, alkohol dan sebagainya.

Terdapat keistimewaan yang luar biasa dari binatang ini, dari keanekaragaman jenisnya sampai nilai manfaatnya bagi hidup dan kehidupan. Kemampuan dan nilai manfaat rayap ini, mustahil dijelaskan dengan serangkaian peristiwa kebetulan sebagaimana anggapan teori evolusi. Peristiwa kebetulan tidak mampu memunculkan sejumlah mekanisme sempurna ini secara bersamaan. Manusia, dengan akal dan ilmunya, tidak akan percaya bahwa peristiwa kebetulan memunculkan desain ini. Rayap telah Allah ciptakan sebagai bagian dari rancangan seluruh alam ini uamh didesain dengan Maha Sempurna.

Kelebihan nilai manfaat binatang yang satu ini adalah perwujudan ilmu yang Mahaluas dari Sang Pencipta. Allah, Penguasa Seluruh Alam, adalah Pencipta segala sesuatu. Dan seluruh makhluk hidup memperlihatkan tanda-tanda penciptaan sempurna oleh Allah. "Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini". (QS. Al-Jaatsiyah [54]: 4)

BERCERMIN DIRI


Sahabatku,
Dalam keseharian kehidupan ini, kita seringkali melakukan aktivitas bercermin. Tidak pernah bosan barang sekalipun padahal wajah yang kita tatap, itu-itu juga, aneh bukan?! Bahkan hampir pada setiap kesempatan yang memungkinkan, kita selalu menyempatkan diri untuk bercermin. Mengapa demikian? Sebabnya, kurang lebih karena kita ingin selalu berpenampilan baik, bahkan sempurna. Kita sangat tidak ingin berpenampilan mengecewakan, apalagi kusut dan acak-acakan tak karuan.

Hanya saja, jangan sampai terlena dan tertipu oleh topeng sendiri, sehingga kita tidak mengenal diri yang sebenarnya, terkecoh oleh penampilan luar. Oleh karena itu marilah kita jadikan saat bercermin tidak hanya topeng yang kita amat-amati, tapi yang terpenting adalah bagaimana isi dari topeng yang kita pakai ini. Yaitu diri kita sendiri.

Sahabatku,

Mulailah amati wajah kita seraya bertanya, "Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya bersinar indah di surga sana ataukah wajah ini yang akan hangus legam terbakar dalam bara jahannam?"

Lalu tatap mata kita, seraya bertanya, "Apakah mata ini yang kelak dapat menatap penuh kelezatan dan kerinduan, menatap Allah yang Mahaagung, menatap keindahan surga, menatap Rasulullah, menatap para Nabi, menatap kekasih-kekasih Allah kelak? Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, menganga, terburai, meleleh ditusuk baja membara? Akankah mata terlibat maksiat ini akan menyelamatkan? Wahai mata apa gerangan yang kau tatap selama ini?"

Lalu tataplah mulut ini, "Apakah mulut ini yang di akhir hayat nanti dapat menyebut kalimat thayibah, 'laaillaahaillallaah', ataukah akan menjadi mulut berbusa yang akan menjulur dan di akhirat akan memakan buah zakum yang getir menghanguskan dan menghancurkan setiap usus serta menjadi peminum lahar dan nanah? Saking terlalu banyaknya dusta, ghibah, dan fitnah serta orang yang terluka dengan mulut kita ini!"

"Wahai mulut apa gerangan yang kau ucapkan? Betapa banyak dusta yang engkau ucapkan. Betapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam? Betapa banyak kata-kata yang manis semanis madu palsu yang engkau ucapkan untuk menipu beberapa orang? Betapa jarangnya engkau jujur? Betapa jarangnya engkau menyebut nama Allah dengan tulus? Betapa jarangnya engkau syahdu memohon agar Allah mengampunimu?"

Sahabatku,

Tataplah diri kita dan tanyalah, "Hai kamu ini anak shaleh atau anak durjana? Apa saja yang telah kamu peras dari orang tuamu selama ini? Dan apa yang telah engkau berikan? Selain menyakiti, membebani, dan menyusahkannya?! Tidak tahukah engkau betapa sesungguhnya engkau adalah makhluk tiada tahu balas budi!"

"Wahai tubuh, apakah engkau yang kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersukacita, bercengkrama di surga sana? Atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar membara jahannam tanpa ampun dengan derita tiada akhir?"

"Wahai tubuh, berapa banyak maksiat yang engkau lakukan? Berapa banyak orang-orang yang engkau zhalimi dengan tubuhmu? Berapa banyak hamba-hamba Allah yang lemah yang engkau tindas dengan kekuatanmu? Berapa banyak perindu pertolonganmu yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu? Berapa pula hak-hak yang engkau rampas?"

"Wahai tubuh, seperti apa gerangan isi hatimu? Apakah tubuhmu sebagus kata-katamu atau malah sekelam daki-daki yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu atau selemah daun-daun yang mudah rontok? Apakah hatimu seindah penampilanmu atau malah sebusuk kotoran-kotoranmu?"
Sahabatku,

Ingatlah amal-amal kita, "Hai tubuh apakah kau ini makhluk mulia atau menjijikkan, berapa banyak aib-aib nista yang engkau sembunyikan dibalik penampilanmu ini? Apakah engkau ini dermawan atau si pelit yang menyebalkan? Berapa banyak uang yang engkau nafkahkan dan bandingkan dengan yang engkau gunakan untuk selera rendah hawa nafsumu"

"Apakah engkau ini shaleh atau shalehah seperti yang engkau tampakkan? Khusyu-kah shalatmu, zikirmu, do’amu, ...ikhlaskah engkau lakukan semua itu? Jujurlah hai tubuh yang malang! Ataukah menjadi makhluk riya tukang pamer!"

Sungguh betapa beda antara yang nampak di cermin dengan apa yang tersembunyi. Betapa aku telah tertipu oleh topeng? Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus topeng-topeng duniawi!

Sahabat-sahabat sekalian,

Sesunguhnya saat bercermin adalah saat yang tepat agar kita dapat mengenal dan menangisi diri ini.***